Di awal tahun 2024, Mohamad Endy Julianto, S.T., M.T. Dosen Sekolah Vokasi Undip dari Prodi Teknologi Rekayasa Kimia Industri kembali menorehkan prestasi di bidang Kekayaan Intelektual (KI) dari Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi. Kegiatan Apresiasi Kemendikbudristek yang diadakan di Sahid Jaya Hotel & Convention Yogyakarta diikuti oleh seluruh perguruan tinggi di bawah diksi dengan teka Implementasi Tridharma Perguruan Tinggi.
Pembukaan oleh Ditjen Diksi, Kiki Yuliati menyampaikan bahwa program anugerah pemberian penghargaan atas dedikasi dan kontribusi capaian kinerja dosen terkait implementasi Tridharma Perguruan Tinggi. Selain itu Direktur APTV Beny Bandanadjaja, menambahkan untuk memotivasi dan mendorong perguruan tinggi vokasi dengan meningkatkan kualitas pendidikan. diantaranya capaian Kekayaan Intelektual yang merupakan luaran penelitian dan pengabdian masyarakat.
Endy menuturkan bahwa penelitian hilirisasi yang bermitra dengan industry teh hijau PPTK Gambung dan PT. Rumpun Sari Medini didanai oleh RISPRO LPDP dengan kajian “Pengembangan Mini Plant Super Teh Hijau Kompetitif melalui Proses Inaktivasi dengan menggunakan Mechanically Dispersed-Rotary Steamer”. Penelitian dengan TKT (Tingkat Kesiapan Teknologi) 7 — 9 ini telah menghasilkan luaran berupa TTG steamer-pendingin industry, dokumen bisnis plan, SOP, market study, feasibility study (FS), dan Paten granted no IDS000007201 berjudul “Proses Inaktivasi Enzimatis untuk Pembuatan Teh Hijau menggunakan Steamer Pendispersi Silinder” serta no P00202002255 dengan invensi “Alat Mechanically Dispersed-Rotary Steamer Terintegrasi Pendingin Untuk Proses Inaktivasi Enzimatis” telah diimplementasikan di industri Teh Hijau PPTK Gambung di Bandung.
Penelitian ini didorong atas keprihatinannya terhadap pasar teh dunia yang dibayangi gejala kelebihan pasokan dan biaya produksi cenderung meningkat, mengharuskan para produsen teh untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah. Bahkan masalah lingkungan telah ikut mendorong berkembangnya segmen pasar baru bagi produk teh yaitu konsumen yang menghendaki produk ramah lingkungan dan menyehatkan. Padahal teh merupakan minuman paling populer setelah air, dikonsumsi setiap hari oleh jutaan orang di seluruh dunia. Aspek kesehatan teh juga disorot tajam beberapa tahun terakhir ini sejalan dengan kecenderungan masyarakat mengkonsumsi makanan atau minuman substitusi sebagai imbangan diet kaya lemak dan kolesterol.
Hasil penelitian bersama Tim Dr.Eng Vita Paramita, ST, MM, M.Eng, Prof. Dr. Eflita Yohana, Dr. Indah Hartati, Dr. Dadan Rohdiana, dan Didik Ariwibowo, ST, MT menunjukkan bahwa “hilirisasi teknologi inaktivasi enzimatis melalui proses mechanically dispersed-rotary steamer dapat mereduksi konsumsi energi dan meningkatkan produktivitas hingga mencapai Rp.1.620/kg teh hijau. Hasil riset komersial juga mampu meningkatkan kadar katekin dari 10,81% (Panning) meningkat menjadi 17,81% berat kering. Kadar katekin yang tinggi ini sejatinya sangat berkhasiat dalam menggempur berbagai penyakit mematikan. Semoga kedepannya seluruh industiy teh hijau akan menggunakan teknologi Steaming nya yang sudah Well Proven, sehingga produktivitas dan kualitas (kadar katekin) meningkat serta lebih menyehatkan” terang Endy.
Endy menuturkan bahwa “teh hijau dengan kandungan polifenol seperti: catechin, epicatechin, epigallo catechin, epicatechin gallate, epigallo catehchin gallat dan asam gallat, dinyatakan memiliki aktivitas anti kanker, menjaga kesehatan jantung, bersifat anti oksidan, anti mikroba, memperpanjang masa menopouse, mencegah penyakit kardiovaskular, obesitas dan penyakit degeneratif lainnya. Namun demikian, pengolahan teh hijau di Indonesia pada umumnya memiliki kadar katekin 10,81% berat kering. Kadar katekin teh hijau ini relatif rendah, karena sebagian mengalami oksidasi katekin, degradasi termal, epimerisasi katekin dan pada prinsipnya dilakukan melalui tahapan: panning, penggulungan, pengeringan, sortasi, dan pengepakan” jelasnya.
“Namun demikian, tahapan yang paling menentukan kualitas teh hijau adalah proses inaktivasi enzimatis dalam sitoplasma daun teh. Selama ini metode inaktivasi enzim polifenol oksidase dan hidroperoksidase yang digunakan untuk produksi teh hijau di Indonesia adalah panning (penggarangan) dengan kebutuhan energi cukup besar, yaitu 6.097 kJl/kg teh atau setara dengan kebutuhan BBM 0,12 liter IDO/kg teh kering. Kelemahan mendasar metode panning adalah: penetrasi panas tidak mampu menginaktifkan enzim secara keseluruhan, katekin terdegradasi termal, dan dihasilkannya warna teh yang kehitaman karena terdegradasinya klorofil menjadi feofitin” papar Endy.
“Tim saat ini telah bekerjasama dengan industri teh hijau Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung di Bandung Selatan dan berbagai industri-industri teh hijau untuk pengembangan produk komersial bubuk teh hijau berkatekin tinggi. Komersialiasi produk inkorporasi diperkirakan juga meningkat hingga 50%, sehingga hasil riset komersial ini bisa bermanfaat untuk industry teh hijau, industry farmasi sebagai bahan baku preparat katekin, pekebun teh dan masyarakat yang mengkonsumsi teh hijau sebagai functional food yang mulai populer pemakaiannya saat ini”., tutup Endy.
Dekan Sekolah Vokasi Undip Prof Dr. Ir.Budiyono, M.Si menuturkan Sekolah Vokasi Undip patut berbangga, salah satu dosennya yaitu Endy Julianto mendapatkan penghargaan dari Direktorat Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi. Endy telah menunjukkan kontribusi dan kinerja terbaiknya sehingga bermanfaat bagi Sekolah Vokasi Undip dan berdampak bagi masyarakat luas” jelasnya.
Budiyono berharap bahwa kegiatan riset di Sekolah Vokasi Undip terus berinovasi dan berkembang, serta secara berdampingan menjawab permasalahan di masyarakat dan pada akhirnya menghasilkan solusi secara bersama-sama. (SDGs SV Undip)