Hingga saat ini pandemi COVID-19 masih berlangsung di Indonesia dan kita sebagai warga Indonesia harus mempersiapkan untuk segala sesuatu yang kemungkinan akan terjadi. Hal ini mengingat masih tingginya angka kasus infeksi di sejumlah negara, meskipun banyak juga negara yang telah berhasil mengendalikannya. Negara Indonesia sendiri untuk kasus infeksi baru sudah cukup rendah yakni di angka 186 kasus sehingga total memiliki 4.253.598 kasus infeksi terkonfirmasi (23 November 2021). Meskipun kasus COVID-19 di Indonesia sudah melandai, kita semua tidak boleh lengah dan tetap harus menjalankan protokol kesehatan serta mencegah penyebaran COVID-19. Salah satu mencegah penyebarannya adalah dengan cuci tangan menggunakan sabun cuci tangan atau handwash.

Handwash yang digunakan harus dapat membunuh virus dan bakteri di tangan, hal tersebut membuat tim mahasiswa Teknologi Rekayasa Kimia Industri Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro yang diketuai oleh Mahendra Farih Sholawa (TRKI 2019) dengan anggota tim Rega Ardiansyah (TRKI 2019), Fellanda Harfiana (TRKI 2019), dan Palupi Diah Utami (TRKI 2019) berinovasi untuk membuat produk hand wash dari kandungan yang masih tersisa dalam ampas teh dan ekstrak daun suji untuk mengatasi permasalahan limbah dan mencegah penyebaran COVID-19 dengan nama produk Polytea. Produk Polytea mendapatkan pendanaan dalam Program 100 Wirausaha Muda Sekolah Vpkasi Universitas Diponegoro. Polytea ini menggunakan bahan baku ampas teh, saat ini ampas teh hanya dilihat sebagai limbah dan belum dimanfaatkan secara optimal, padahal ternyata ampas teh masih memiliki kandungan senyawa bioaktif berupa flavonoid dan tanin sebagai antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan sebagai minyak atsiri yang memberikan wangi khas, serta saponin yang berfungsi untuk merusak protein dinding sel. Selain itu untuk memperkuat zat tersebut diperlukan ekstrak daun suji sebagai penguat anti bakteri, pencegah radikal bebas dan sebagai zat pewarna hijau alami yang mengandung banyak klorofil. Alasan memakai daun suji adalah karena potensi daun suji yang besar di lingkungan dan banyak orang belum mengetahuinya, padahal daun suji dapat digunakan sebagai bahan pembuat handwash yang lebih ramah lingkungan.

Adapun cara pengolahan handwash ini sangat mudah dan biaya yang digunakan sangat ekonomia. Bahan yang digunakan dalam pembuatan Polytea yaitu ekstrak ampas teh yang dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut terbaik, pewarna alami dari daun Suji, NaCl, texapon dan aquades. Proses pembuatannya sebelumnya dilakukan dengan skala laboratorium terlebih dahulu untuk menentukan kualitas dari produk ini dan pada akhirnya Polytea bisa diproduksi dalam skala home industri. Cara pembuatannya adalah dengan mencampurkan semua bahan hingga homogen dan tunggu selama 2×24 jam untuk mendapatkan larutan polytea hingga siap digunakan.  Polytea ini sudah melewati tahap uji organoleptik seperti bau, rasa, tekstur, ketahanan, dan warna. Kemudian sudah uji pH, viskositas dan densitas sehingga siap dikemas dan dipasarkan.

Produk Polytea ini dijual per borol ukuran 250ml dengan harga Rp. 13.000. Target pemasarannya yaitu para pelajar, masyarakat umum, rumah makan, tempat publik, kantor, apotek, puskesmas, dan rumah sakit. Omset yang didapatkan bisa mencapai 1.399.000/bulan. Pada proses pemasarannya, Polytea menggunakan metode word of mouth ke orang terdekat, promosi melalui sosial media WhatsApp, Line, Instagram dalam media jualnya. Dalam beberapa bulan kedepan Polytea sedang berproses untuk dapat masuk dan bersaing di dunia e-commerce atau startup seperti shopee, tokopedia, lazada, dan yang lainnya.

Handwash Polytea ini terbukti sebagai pencegah virus Corona dan bakteri yang banyak di lingkungan seperti Staphylococcus aureus dengan daya hambat yang besar untuk memutus kontak virus dan bakteri di tubuh manusia. Dengan adanya inovasi ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk penanganan limbah ampas teh, memanfaatkan potensi lokal daun suji, dapat mencegah virus dan bakteri, sebagai bahan protokol kesehatan sehingga dapat menciptakan masyarakat yang sehat dan dapat tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan Indonesia atau Sustaibnable Development Goals nomor 3 yaitu Good Health and Well Being.

 

Share this :