Semarang – Dalam langkah inovatif untuk mendukung industri perkapalan di Indonesia, Adapun rekayasa teknologi terbarukan ini berupa pemakaian serat kelapa untuk material ramah lingkungan pembuatan lambung kapal. Pencetusnya adalah Dosen Sekolah Vokasi Dr. Aulia Windyandari, yang juga staf pengajar Prodi Teknologi Rekayasa Konstruksi Perkapalan.
“Saya melakukan riset untuk mencari bahan alternatif yang dapat menggantikan kayu dan serat gelas sebagai material utama lambung kapal,” ungkap Dr. Aulia. Melalui kajian yang mendalam, studi lapangan, dan pengumpulan referensi, ia berkomitmen untuk menemukan solusi berkelanjutan bagi industri ini.
Material komposit hibrida serat kelapa dan serat gelas dipilih karena sifatnya yang alami dan terbarukan. Inovasi ini sangat penting untuk mengurangi konsumsi kayu dan mengatasi pencemaran yang ditimbulkan oleh penggunaan styrene dalam produksi kapal kayu.
Rangkaian riset ini mencakup analisis sifat fisik dan mekanis dari komposit hibrida serat kelapa (coir/coco fiber) dan serat gelas (glass fiber reinforced polymer/GFRP). Untuk meningkatkan kekuatan tarik serat kelapa, teknik konsentrasi alkali, lama rendaman, dan metode pengeringan diuji.
Pengujian lebih lanjut dilakukan untuk mengevaluasi kekuatan mekanis HCGFRP (Hybrid Coir Glass Fiber Reinforced Polymer) melalui eksperimen uji tarik, uji tekuk, dan evaluasi menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Pengembangan model konstitutif material juga dilakukan dengan menggunakan persamaan Avrami.
Selain itu, analisis struktur dan tabrakan antara kapal dan dermaga dilakukan untuk menilai kekuatan dan tingkat kerusakan lambung kapal berbahan HCGFRP. Kajian struktur mempertimbangkan kondisi sagging, hogging, dan air tenang, sedangkan analisis tabrakan menguji kerusakan dengan variasi kecepatan 3, 4, dan 5 knot.
Hasil riset menunjukkan bahwa HCGFRP dapat digunakan sebagai material konstruksi untuk kapal-kapal kecil, menawarkan harapan baru bagi industri perkapalan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. Inovasi ini tidak hanya menjawab kebutuhan material alternatif, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian sumber daya alam, menciptakan masa depan yang lebih cerah untuk industri perkapalan Indonesia.
Sumber : suaramerdeka.com