Semarang – Minimnya link and match pendidikan vokasi dengan dunia kerja berdampak terhadap kualitas lulusan vokasional yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Keterlibatan industri dan pembenahan sekolah vokasi mendesak dilakukan.
Tingginya tingkat pengangguran terbuka dari tamatan sekolah menengah kejuruan, menunjukkan upaya meningkatkan relevansi lulusan vokasi dengan kebutuhan dunia kerja selama ini belum optimal hal itu disampaikan oleh PLH Kepala Pusat A3KN Dr.Ari Mulianta Ginting saat melaksanakan kunjungan ke Sekolah Vokasi Undip dalam rangka mengumpulan data tentang “Hambatan Revitalisasi SMK Untuk Menciptakan Sumber Daya Manusia Yang Unggul dan Berdaya Saing, Kamis, (6/7) di Dekanat Kampus Undip Tembalang
Ari menjelaskan sekarang ini di DPR ada dua system bagan yang membantu kesekjenan DPR yaitu system administrasi dan system substansi kami membantu kinerja DPR dalam bentuk output kajian agar kebijakan yang dihasilkan nanti berdasarkan riset dan masalah empiris yang ada di lapangan yang nanti hasilnya ini akan kami rangkum dalam bentuk kajian dan buku untuk disampaikan di komisi X”ungkapnya
Dekan Sekolah Vokasi Undip Prof. Dr. Ir. Budiyono, M.Si menyampaikan, acara ini diharapkan dapat menjadi wadah diskusi dari Sekjen DPR RI dengan Civitas Akademika yang ada di Sekolah Vokasi untuk mendapatkan insight yang bermanfaat bagi pendidikan vokasi di Indonesia menjadi lebih baik.
“kata Vokasi apakah sudah dikenal dengan baik, bahkan beberapa pimpinan di level pemerintahan saja belum begitu kenal dan familiar dengan vokasi, apakah kita punya itikad untuk mengembangkan pendidikan Vokasi di Indonesia, hampir tidak ada anak lulusan SMP masuk ke SMK tapi mereka pilih SMA negeri dulu, baru ketika tidak diterima mereka beralih ke SMK, karena antara anak yang masuk SMA dan SMK tingkat intelektualitas dan ekonomi keluarganya berbeda”ujarnya
Bangsa Indonesia itu secara umum masih melihat gelar sebagai patokan utama karena steorotip itu maka anak-anak banyak yang masuk di SMA bukan SMK karena pandangan masyarakat kita masih melihat gelar sebagai “pride” masih kurangnya kepercayaan masyarakat pada pendidikan vokasi menjadi salah satu hambatan untuk mendapatkan SDM yang handal di pendidikan vokasi karena rata-rata anak-anak yang secara intelektualitas tinngi dan finansial keluarga yang baik lebih cenderung memilih untuk sekolah di SMA dibandingkan SMK , anak SMA lulus dia mempersiapkan diri untuk kuliah tapi sekolah di SMK mau tidak mau harus kerja tapi belum diimbangi dengan kepercayaan masyarakat, yang masuk di Vokasi Undip kami utamakan SMK tapi kenyataannya banyak anak SMA yang masuk (sdgs SV Undip)